Secara alami, setiap orang pasti mempunyai perasaan takut. namun, perasaan takut yang ditanamkan Allah swt. ke dalam setiap diri manusia tidak bleh mengalahkan keberanian kita dalam menegakkan kebenaran. Keberanian seperti inilah yang sekarang sulit ditemukan dalam diri umat Islam.
Sebuah resensi buku yang akan saya uraikan dengan sederhana semoga Anda berkenan membacanya. Dari judulnya, buku yang akan saya uraikan ini ini sungguh membuat setiap pembacanya bertanya pada hati nurani. “Seberapa Berani Anda Membela Islam?” Rangkaian kata di buku ini dibuat dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami orang awam. Istilah-istilah yang susah dipahami diberi keterangan tersendiri.
Buku ini disusun dengan pembukaan juga tambahan terjemahan ayat Al Qur’an dan hadist Nabi di hampir tiap poin bahasannya yang membuat tiap pembacanya bertambah keimanan.
Untuk tata letak atau lay out buku, memang dibuat sederhana seperti khasnya buku-buku Islami, warnanya yang lembut dan pemilihan kertas sampul jenis kertas dove, membuatnya terkesan penuh wibawa dan menunjukkan buku yang bermutu.
Jenis huruf yang dipilih pada baggian sampul hingga bagian dalam cukup besar ukurannya, membuat para pembaca buku lebih mudah membacanya. Begitu nyamannya hingga tak terasa seluruh bagian buku telah dibaca. Namun sayangnya untuk bagian dalam buku ini kurang ilustrasi, sehingga mungkin beberapa kaum muda kurang tertarik membacanya.
Identitas Buku
Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam?
No. ISBN : 9789792526431
Penulis : Na’im Yusuf
Penerbit : Maghfirah
Tanggal terbit: Juni – 2016
Jumlah Halaman : 288
Berat Buku : 400 gr
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) : 145 x 210 mm
Kategori : Buku Islami
Jenis Text : Bahasa Indonesia
Harga ; Rp.66.000,-
Pada bagian awal buku, ada Mutiara al Qur’an dan Hadist yang merupakan pembukaan yang manis untuk buku ini. Hingga kita menyadari bahhwa badai yang menyerang kapal Islam sangat besar dan ganas. Musuh-musuh Islam secara terorganisir menyerang dan selalu berupaya untuk mencabut ajaran Islam sampai akar-akarnya. Fitnah dan rekayasa senantiasa dilancarkan untuk menggiring Islam sampai di sudut ring, kalau perlu sampai keluar gelanggang.
Pada kondisi seperti ini tidak dibutuhkan seorang pengkhianat, tidak dibutuhkan seseorang yang berlumuran dosa dan maksiat, tidak juga dibutuhkan seorang yang tidak mengenal Muhammad saw, juga tidak dibutuhkan seorang hamba materi.
Justru dalam kondisi seperti ini dibutuhkan kesadaran yang utuh dari kaum muslimin dan juga keteguhan dan keistiqamahan iman. Keyakinan yang kuat inilah yang menumbuhkan keberanian dalam jiwa kaum muslimin dalam mempertahankan aqidah dan membela agamanya.
Itulah mungkin benang merah yang terdapat dalam buku Seberapa Berani Anda Membela Islam? Hasil karya Na’im Yusif yang diterbitkan oleh Penerbit Maghifah ini.
Dalam buku tersebut Penulis (Na’im Yusuf) memaparkan tentang keberanian. Apa itu keberanian dan bagaimana karakteristiknya.
Menurut Penulis, keberanian (Ar Rujulah) itu tidak identik dengan laki-laki, bukan milik orang dewasa saja, tidak pula berkaitan dengan kesempurnaan jasmani. Akan tetapi sikap pemberani adalah sebuah kekuatan jiwa dimana pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara mulia dan menjauhi dari hal-hal yang hina.
Keberanian adalah yang sangat dibutuhkan manakala Islam difitnah sana-sini, orang-orang alimnya dihina,dan ajarannya dinistakan. Keberanian adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh para mujahid ketika intimidasi menghampiri, keikhlasan teruji serta keistiqamahan terganggu. Keberanian diperlukan manakala seorang muttaqin berjalan berhati-hati di atas jalan kebenaran yang penuh ranjau.
Banyak teladan yang penulis paparkan tentang keberanian para pendahulu Islam. Para Nabi dan Rasulullah saw, para sahabatnya juga para pendahulu Islam selanjutnya, seperti tabi’in dan ulama yang sempat terabadikan oleh sejarah.
Disana ada Bilal bin Rabah yang tersiksa kerena mempertahankan Aqidah. Ada juga Sa’id bin Musayyab yang tetap pergi ke Masjid walaupun ia akan dibunuh. Ada juga kisah tentang Nasibah binti Ka’ab Al Anshari yang kehilangan ayah, suami dan anak-anaknya dalam perang Uhud. Ada juga cerita tentang Amr bin Jamuh yang tetap pergi berperang walaupun kakinya lumpuh. Juga kisah seorang anak yang berani mengritik dihadapan Al Hajjaj.
Kisah-kisah tersebut membuat pembaca yang tidak memiliki keberanian menjadi malu. Ituklah salah satu bentuk terapi keberanian yang tersedia dalam buku ini. Buku ini sedikit banyak akan menambah keberanian pembacanya dalam rangka membela kebenaran.
Dengan memaparkan 13 karakteristik pemberani, penulis telah mendudukkan keberanian yang benar dan selaras dengan ajaran Islam. Karakteristik tersebut antara lain: mencintai masjid, berdakwah, bersungguh –sungguh, bercita-cita tinggi, bersikap aktif dan bertanggung jawab, rela berkorban, teguh dalam kebenaran, sabar ,tidak putus asa, memenuhi janji dan lain-lain
Satu hal yang menjadi catatan bagi buku ini bahwa tampaknya penulis buku ini begitu tawadhunya sehingga tidak mencantumkan biodatanya pada buku ini kecuali hanya namanya. Akan tetapi siapa dia? Tinggal dimana? Apa latar belakang keilmuannya? Apa latar belakang keorganisasiannya? Semua itu tidak disebutkan sama sekali. Sehingga pembaca harus benar-benar mengamalkan apa yang di nasehatkan Baginda Ali “Lihatlah apa yang dikatakan. Jangan dilihat siapa yang berbicara.”