(Tips Ibu Rumah Tangga Bahagia) Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga dengan Bahagia, Penuh Semangat dan Tanpa Beban

sumber :@kartunmuslimah

Jadi ibu rumah tangga dengan segala keriuhannya kadang meninggalkan rasa ‘bete’. Kata ‘bete’ awalnya dari kata ‘boring tahu’, yang kemudian bermigrasi menjadi ‘butuh tausiah’ alias butuh nasehat kebaikan.

Anak yang rewel, bertengkar, ataupun sakit. Suami yang kadang cuek dengan pekerjaan rumah karena sedari kecil di keluarganya ditumbuhkan sikap dominan laki-laki. Bahwa laki-laki tak layak di dapur dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Tabu seorang laki-laki mencuci piring atau baju, menyapu ataupun memasak.

Asal sudah melaksanakan kewajibannya mencarui nafkah, kadang suami sudah purna kewajibannya. Disinilah kadang istri merasa sewot, apalagi kadang ditengah kesibukan mengurus tetek bengek urusan rumah tangga, istri juga bekerja menghasilkan uang meskipun di rumah.

Suami-pun kadang juga tak ambil pusing dengan kerepotan istrinya. Saat anaknya rewel, dia masih asyik dengan koran maupun gadget-nya, baginya urusan domestik rumah tangga adalah kekuasaan istrinya. Seakan dia sah-sah saja cuci tangan untuk urusan ini. Bahkan tak jarang suami juga protes ingin dilayani, dan akan merasa jealous saat istrinya masih sibuk dengan urusan domestik dan anak-anak.

Intinya istri harus stand by melayani segala keperluan orang di rumah. ‘Wife must strong woman’, artinya bahkan seorang istri tak boleh sakit. Bisa porak poranda dunia, karena suami dan anak-anak sangat tergantung padanya.

Jika tidak ada kebesaran hati sang istri untuk bersabar dan berusaha menyadarkan sang suami dengan kelembutan bukan kemarahan, bisa dipastikan akan adanya perang di dalam rumah tangga itu. Bahkan bisa kehancuran bahkan perpisahan.

Seorang putri Rasulullah saw, yang notabene seorang wanita mulia pernah juga mengeluhkan terkait dengan beban pekerjaan rumah tangga tangga yang menyibukkannya dan membuatnya lelah. Semua urusan rumah tangga diurus sendiri oleh Fatimah ra. Ia mengurus anak-anak, menggiling biji-biji gandum lalu mengayaknya untuk membuat adonan roti.

Sedangkan sejak kecil Fatimah ra. sakit-sakitan. Badannya pun kurus karenanya. Ia merasa kelelahan hingga tangannya pecah-pecah akibat terkena alat penumbuk gandum. Itulah sosok Fatimah ra putri Rasulullah saw. Ia hidup mandiri, melayani sendiri apa yang mejadi kebutuhan hidup, dan memikul beban-beban rumah tangga sendiri. Tanpa didampingi seorang pembantu.

Fatimah ra ingin mendapat pembantu rumah tangga dan ia ingin meminta pada Rasulullah saw yang kebetulan baru membagikan rampasan perang kepada para muslimin dan beliau mendapatkan budak perempuan.

Suatu ketika, Fatimah ra mendatangi kediaman sang ayah. Kebetulan, sang ayah mendapatkan seorang budak perempuan. Fatimah berpesan pada ibu tirinya Aisyah ra tentang keinginannya mendapatkan pembantu di rumahnya. Aisyah ra pun menyampaikannya.

Namun bagaimana jawaban Rasulullah saw?  Beliau mendatangi putrinya, dan berkata dengan perasaan haru. “Maukah kalian kuberi tahu sesuatu yang lebih baik dari yang kamu minta? Bila hendak naik pembaringan, maka bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali. semuanya itu lebih baik daripada seorang pembantu.”

Sebenarnya Rasulullah saw. bisa saja memberi Fatimah ra pembantu dari budak perempuan yang beliau dapatkan. Fatimah ra adalah tauladan mulia tentang perjuangan dan kebersahajaan. Penolakan Rasulullah saw atas permintaannya adalah bukti kasih sayang seorang ayah yang menginginkan anaknya menempati derajat mulia di sisi-Nya. Sementara Fatimah ra sendiri adalah anak sekaligus muslimah yang taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Asalkan Allah swt dan Rasul-Nya ridha, bergeraklah ia meski bersusah payah sekali pun.

Dalam sebuah riwayat dikemukakan, bahwa sahabat Abu Hurairah berkata : Fatimah ra pernah datang kepada Rasulullah saw untuk meminta pembantu. Lalu beliau memerintahkan, agar Fatimah membaca do’a : Ya Allah, Tuhan bagi langit dan bagi ‘Arsy yang agung. Tuhan kami dan Tuhan bagi segala sesuatu. Yang menurunkan Taurat, Injil dan Al-Furqan (Al-Qur’an), Yang menumbuhkan biji-bijian, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Engkaulah Yang Maha Awal, dan tidak ada sesuatupun sebelum-Mu. Engkaulah Yang Maha Akhir, dan tidak ada sesuatupun sesudah-Mu. Engkaulah yang Dzahir, dan tidak ada sesuatupun di atas-Mu. Engkaulah Yang Batin, dan tidak ada sesuatupun yang ada di bawah-Mu. Berilah aku kemampuan menunaikan hutang, dan selamatkanlah aku dari kefakiran.”
(HR. Tirmidzi).

Dibanding sayyidah Fatimah ra, alangkah nyaman hidup kita sekarang. Tak perlu repot-repot menggiling biji gandum, swalayan bertebaran menyajikan aneka roti yang kita inginkan. Siapalah di antara kita yang masih tidur beralaskan tikar yang koyak? Kasur kapas pun kini terlalu sederhana. Tak perlu repot-repot mencuci gunungan baju kotor, mesin cuci dijual dengan harga yang terjangkau. Pilihan lain? Laundry berdiri di mana-mana, lengkap dengan jasa setrika. Yang tak sempat masak? Catering di mana-mana. Tinggal calling, pesanan pun datang. warung-warung makan pun bersebaran, tinggal pilih mana yang sesuai selera.

Tapi, mengapa kita masih sering mengeluh?

“Ah, bosan banget hidup gini-gini terus ngurus rumah. Kapan keluarnya? Bisa jamuran gue lama-lama.”

Terkadang hidup kita rasakan sedemikian berat. Ujian datang silih berganti tanpa usai. Air mata menjadi teman setia. Hidup kita, berkalang derita. Benarkah? Mari kita bertanya pada nurani, lebih beratkah daripada derita sayyidah Fatimah? Lebih beratkah daripada perjuangan para shahabiyah? Jika mereka sanggup menjalani hidup yang sedemikian berat, maka merekalah tauladan kita. Kekuatan, keteguhan, kebersahajaan, dan segala kebaikan mereka adalah guru abadi sepanjang zaman.

Selama nafas masih di badan, hidup tak akan lepas dari masalah. Masalah berat ataukah tidak, tergantung bagaimana kita memandangnya. Marilah berkaca pada sayyidah Fatimah ra. Ketika beban hidup dipandang sebagai jalan menuju surga atau jalan bagi Allah untuk menaikkan derajat seorang hamba, maka ia tak lagi terasa berat. Kelelahan dan kemiskinan tak  berat dirasa manakala tergantikan dengan dzikir yang kelak menjadikan mereka orang-orang yang kaya di surga.

Bagi sayyidah Fatimah ra yang berjiwa besar, derita yang berat dipandangnya ringan dibanding pahala yang diraupnya.
Di mata orang-orang besar masalah besar terlihat kecil. Dan di mata orang-orang kecil, masalah kecil menjadi besar. Kita, pilih yang mana?

Saya yakin, disela-sela Anda membaca tulisan ini. Ada tumpukan pakaian yang minta dicuci ataupun disetrika. Ada gunungan cucian piring yang harus Anda cuci sebelum berbau. Ataupun debu yang tanpa permisi menempel di lantai ataupun perabotan rumah Anda.
Jika seorang pembantu ataupun bahkan alat peringan pekerjaan rumah tangga seperti mesin cuci belum Anda miliki, sedangkan sikap suami yang masih harus Anda sikapi dengan kesabaran. Yuk mari kita selesaikan pekerjaan rumah tangga dengan rasa bahagia. Semoga dengannya bertebar pahala dan rezeki tak terkira atas keikhlasan Anda.

Saya ingin berbagi do’a ibu rumah tangga dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Semoga menghibur Anda.

  • Do’a saat berjuang menyetrika gunungan pakaian
    Ya Allah… hapuskan dosaku sebanyak serat-serat pada pada pakaianku
  • Do’a saat berjuang membersihkan debu dengan kemonceng atau sapu
    Ya Allah… perbanyaklah rezekiku sebanyak debu-debu yang kubersihkan di rumah ini
  • Do’a sambil mencuci baju atau piring sambil melihat air mengalir
    Ya Allah…berkahkanlah ilmuku sebanyak air yang Kau turunkan dari langitmu.

Untuk do’a-do’a kebaikan yang lain bisa Anda ciptakan dengan kreativitas Anda berkalimat positif.

Mari bangga menjadi ibu rumah tangga. Sebuah profesi yang gajinya langsung dari Allah, yaitu pahala surga. . “Seorang wanita apabila ia mengerjakan sholat 5 waktu, berpuasa ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya; maka dikatakan kepadanya: ‘Masuklah ke dalam surga lewat pintu mana saja yang engkau sukai’ (HR. Bukhari)
Selamat berbahagia…

4 thoughts on “(Tips Ibu Rumah Tangga Bahagia) Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga dengan Bahagia, Penuh Semangat dan Tanpa Beban

Leave a Reply to Ayana Henna Cancel reply

Your e-mail address will not be published. Required fields are marked *